SHARE

istimewa

CARAPANDANG.COM - Perusahaan Manajer Investasi (MI) PT Danareksa Investment Management menilai selama pandemi ada kecenderungan masyarakat untuk lebih bersikap berhati-hati dalam mengelola keuangan.

"Mereka tetap berinvestasi namun memilih instrumen yang sifatnya lebih low risk to moderate. Hal ini tercermin dari pilihan investasi pada beberapa instrumen reksa dana open end kami yang mengalami peningkatan," kata Direktur Utama PT Danareksa Investment Management Marsangap P. Tamba dalam pernyataan di Jakarta, Senin.

Dalam setahun terakhir, reksa dana pasar uang Danareksa mengalami pertumbuhan 75 persen, sedangkan secara total reksa dana open end meningkat 42 persen (yoy).

Reksa dana pasar uang merupakan jenis reksa dana yang paling konservatif. Kebijakan investasi pada reksa dana tersebut adalah 100 persen pada instrumen pasar uang yakni instrumen yang jatuh temponya kurang dari satu tahun.

Reksa dana tersebut dikenal dengan tingkat likuiditasnya yang tinggi dan cepatnya jangka waktu pencairan. Dengan karakteristik tersebut, reksa dana pasar uang dapat menjadi instrumen investasi jangka pendek yang dapat dicairkan kapan saja.

Hal lain yang membuat perseroan menyadari bahwa masyarakat kian menyadari pentingnya berinvestasi, lanjut Marsangap, adalah pertumbuhan dana kelolaan hingga semester pertama 2021 yang bersumber dari mitra distribusi.

"Kondisi ini sesuai dengan ekspektasi kami untuk meningkatkan dana kelolaan dari segmen ritel. Salah satu kontributor pertumbuhan dana kelolaan kami adalah reksa dana pasar uang kami, reksa dana Danareksa Seruni Pasar Uang III," ujar Marsangap.

Ia menyampaikan pada semester pertama 2021 pihaknya mengalami penurunan dana kelolaan reksa dana terproteksi yang sudah diproyeksikan sebelumnya. Untuk menyikapi hal tersebut, perseroan telah menyusun strategi untuk meningkatkan dana kelolaan melalui reksa dana open end termasuk reksa dana pasar uang.



Jika setahun sebelumnya komposisi produk reksa dana open end dan terproteksi 45 persen dan 55 persen,  kini komposisi tersebut menjadi 61 persen dan 39 persen dengan peningkatan 5 persen (yoy).

"Kami juga melihat tren investasi digital membuat akses berinvestasi lebih mudah dan sekaligus terjangkau. Hal inilah yang mendorong kami secara konsisten berupaya meningkatkan kerjasama melalui mitra distribusi termasuk melalui InvestASIK, platform investasi yang kami kembangkan," kata Marsangap.

Manajer Investasi yang telah berdiri sejak Juli 1992 itu tetap optimistis meski dengan segala tantangan di kondisi pandemi, beberapa jenis reksa dana tetap dapat bertumbuh namun hal itu tentu saja kembali dengan karakteristik produk reksa dana sesuai dengan kondisi perekonomian.

Perseroan juga memandang perlunya kesinambungan kegiatan edukasi dan inklusi keuangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Optimalisasi kanal pemasaran digital akan berperanan besar sebagai katalis informasi.

Dalam peluncuran hasil survey nasional keuangan inklusif 2020, Sekretariat Dewan Nasional Keuangan Inklusif menyampaikan bahwa 81,4 persen orang dewasa pernah menggunakan produk atau layanan lembaga keuangan formal. Angka tersebut meningkat 78,8 persen dari 2018.

Sementara itu 61,7 persen orang dewasa telah memiliki akun. Angka itu juga meningkat 55,7 persen dari 2018. Peningkatan akses layanan keuangan formal serta peningkatan produk dan layanan keuangan digital menjadi beberapa usulan program kerja keuangan inklusif.

"Masyarakat kita memiliki potensi besar sebagai masyarakat investor. Per Juni 2021, jumlah investor reksa dana sebesar 4,4 juta atau naik sekitar 55 persen year to date. Benar adanya preferensi kepada aset yang bersifat low risk, namun adanya hasil survei inklusi keuangan juga memperlihatkan, bahwa ternyata pada tahun 2020 di tengah kondisi pandemi, tingkat inklusi keuangan meningkat. Ini semua tentunya saling berkaitan satu sama lain," ujar Marsangap.

Tags
SHARE