SHARE

Ilustasi

CARAPANDANG - Psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener mengatakan orang tua perlu menanamkan nilai-nilai sportivitas pada anak sedini mungkin karena sangat penting untuk pembentukan karakternya.

"Sangat penting karena ini akan membentuk karakter anak, jika kalah dapat berjiwa besar menilai kekalahan dan mengupayakan diri agar dapat tampil lebih optimal di kesempatan berikutnya," kata Samanta yang merupakan anggota Himpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) itu saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ia melanjutkan, penanaman nilai sportivitas juga membuat anak tidak menjadi sombong atau merendahkan kemampuan lawan. Sebaliknya, anak akan tetap menghargai dan menjaga pertemanan yang sehat sekalipun dengan lawan meskipun di luar kompetisi.

Dalam menanamkan nilai sportivitas pada anak, Samanta mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua. Di antaranya, tidak berkomentar yang menjatuhkan pemain lain sebagai bentuk kritik atau ketidakpuasan di depan anak.



"Jika tidak puas dengan hasil latihan, diskusikan pada pelatih hal-hal apa yang sekiranya dapat ditingkatkan," imbuhnya.

Jika anak mengalami kekalahan saat berkompetisi, Samanta mengatakan orang tua harus mengajarkan anak menerima kekalahan dengan lapang dada dan mengajaknya untuk memberikan selamat kepada lawan yang menang.

Samanta juga mengatakan bahwa dalam menanamkan nilai sportivitas, perlu dicatat bahwa orang tua tidak bisa menerapkan konsep rewards (penghargaan) dan punishment (hukuman) karena hal tersebut akan membuat anak merasa tidak adil.

Untuk itu, dia mengatakan orang tua tidak boleh memarahi atau menghukum anak jika kalah di kompetisi, khususnya jika kompetisi yang dijalani adalah kompetisi yang melibatkan kelompok seperti olahraga sepak bola. Pasalnya, dalam kompetisi tersebut anak bukan pemain tunggal sehingga tentu banyak faktor yang menyebabkan kekalahan.

Alih-alih menghukum, lanjut Samanta, orang tua sebaiknya memuji hal-hal baik yang ada dalam diri anak dan dorong dia supaya bisa meningkatkan kemampuannya.

"Jangan fokus pada siapa yang kalah dan siapa yang menang. Setelah kompetisi, orang tua perlu fokus pada usaha yang sudah dilakukan anak selama kompetisi berjalan. Fokus pada hal-hal baik yang sudah dilakukan anak," katanya.

"Bicarakan atau diskusikan juga beberapa orang yang menunjukkan sikap sportivitas sebagai role model anak. Orang tua juga dapat memberikan contoh-contoh yang negatif juga sebagai pembelajaran untuk anak (agar tidak melakukan contoh negatif itu)," sambungnya.
 

Tags
SHARE