Eep merujuk pada berbagai langkah politik Jokowi yang dinilai sarat kepentingan keluarga. Penempatan orang-orang terdekatnya di posisi strategis, termasuk mendorong anaknya ke panggung kekuasaan nasional, dipandang sebagai bentuk nyata dari loyalitas yang menyempit dari bangsa, ke partai, lalu ke keluarga.
“Orang diberi tahu dengan amat sangat tegas dan terang benderang bahwa dia ternyata lebih setia kepada keluarga,” kata Eep.
Dalam negara demokratis, warisan nepotisme yang ditinggalkan Jokowi tak hanya menjadi cacat, tetapi juga peringatan serius tentang bagaimana kekuasaan bisa berubah arah ketika loyalitas pribadi mengalahkan tanggung jawab publik.
“Keistimewaan diberikan kepada keluarganya, bukan kepada pihak yang lebih luas cakupannya, itulah tragedi Jokowi,” demikian Eep.