SHARE

istimewa

CARAPANDANG - Harga emas ambruk 1% lebih setelah data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) membuat pelaku pasar kecewa.

Merujuk Refinitiv, pada perdagangan Rabu (17/1/2024), harga emas ditutup di posisi US$ 2.005,69 per troy ons. Harga emas jatuh 1,08%. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 12 Desember 2023 atau dalam sebulan lebih.

Pelemahan tersebut juga memperpanjang tren negatif emas di mana sang logam mulai ambruk 2,4% dalam dua hari terakhir. 

Harga emas mulai bangkit pada hari ini. Pada perdagangan Kamis (18/1/2024) pukul 06:24 WIB, harga emas ada di posisi US$ 2008,21 per troy ons atau menguat tipis 0,12%.

Harga emas ambruk setelah data penjualan ritel AS menguat di luar ekspektasi pasar.
AS melaporkan penjualan ritel untuk periode Desember 2023 tumbuh 0,6% secara bulanan(month-to-month/mtm), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 0,3% dan konsensus pasar sebesar 0,4%.

Dalam basis bulanan, ini menjadi kenaikan terbesar dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Sementara dalam basis tahunan, penjualan ritel AS naik 5,6% pada Desember 2023, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan konsensus pasar di 4% yoy. Peningkatan ini menjadi yang terbesar dalam sebelas bulan terakhir.

Kencangnya penjualan ritel AS ini mencerminkan jika daya beli AS masih kencang dan ekonomi AS masih panas sehingga inflasi kemungkinan besar masih sulit turun dengan cepat. 

Kenaikan penjualan ritel AS ini membuat harapan pelaku pasar melihat pemangkasan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat menipis.

Menurut perangkat FedWatch Tool oleh CMEGroup menunjukkan ekspektasi pelaku pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan Maret mendatang turun jadi 55%, padahal dalam beberapa hari terakhir sudah mencatat peluang di atas 60%.

Ekspektasi masih sulitnya pemangkasan suku bunga inilah yang membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melambung.

Pada perdagangan Rabu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun menembus 4,1% untuk pertama kalinya sejak 12 Desember 2023 atau lebih dari sebulan.

Indeks dolar AS (DXY) juga terus meningkat. Indeks dolar ditutup di posisi 103,38 pada perdagangan Rabu kemarin, level tertingginya dalam sebulan terakhir.

Kenaikan imbal hasil US Treasury dan indeks dolar sama-sama berdampak negatif ke emas.

Emas tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik. Penguatan dolar juga membuat emas kurang menarik karena membuat emas semakin tidak terjangkau untuk dibeli.

"Pelaku pasar kini mulai meragukan jika The Fed akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.Ini tentu saja menekan harga emas. Jika dolar AS terus menguat seperti saat ini maka sulit bagi emas untuk menguat," ttutur analis dari RJO Futures, Bob Haberkorn, dikutip Reuters.

Haberkorn mengatakan satu-satunya faktor penopang emas saat ini adalah ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

"Faktor geopolitik akan menjaga harga emas di kisaran US$ 2.000," imbuhnya. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE