SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Harga emas mengawali perdagangan pekan ini dengan melemahh. Jika harga emas hari ini harus kembali ditutup di zona merah, maka ini akan menjadi pelemahan tiga hari beruntun setelah investor menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Harga emas diperkirakan akan sangat volatile pada pekan ini sejalan dengan penantian pelaku pasar akan kebijakan suku bunga di AS. Bank sentral AS Teh Federal Reserve (The Fed) akan menggelar rapat pada Selasa dan Rabu pekan ini. The Fed akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pada perdagangan Jumat (15/3/2024) harga emas di pasar spot ditutup melemah 0,25% di posisi US$2.155,54 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 06.38 WIB Senin (18/3/2024), harga emas di pasar spot bergerak lebih rendah atau turun 0,03% di posisi US$2.154,79 per troy ons.

Harga emas turun tipis pada perdagangan Jumat dan tampaknya akan melanjutkan penurunan mingguan pertamanya dalam empat minggu karena investor menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga AS setelah data selama sepekan lalu menunjukkan tekanan harga yang menggelembung.

Data pekan lalu menunjukkan harga konsumen Amerika Serikat (AS) meningkat di atas ekspektasi pada Februari dan harga produsen juga menunjukkan inflasi yang masih panas.

Indeks Harga Pordusen (producer price index/PPI) AS pada Februari lalu bergerak lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar. Panasnya data PPI bisa memicu prospek pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Juni menyusut.

Sementara Indeks Harga Konsumen (consumer price index/CPI) AS naik 3,2% pada periode Februari, meleset dari ekspektasi pasar sebesar 3,1% yang sedikit lebih rendah dan lebih tinggi dari 3,1% pada periode Januari.

Laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan PPI AS naik 0,6% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Februari 2024. Nilai tersebut lebih panas dibandingkan dengan kenaikan 0,3% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei Reuters.

Dalam basis tahunan (year-on-year/yoy), juga semakin panas dengan naik 1,6% yoy, dibandingkan perkiraan prediksi pasar 1,1% yoy.

Selain itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 209.000 pada pekan yang berakhir 9 Maret. Jumlah tersebut turun dibandingkan pekan sebelumnya sebesar 210.000 dan berbanding terbalik dengan konsensus yang proyeksi naik ke 218.000 klaim.

Di sisi lain,penjualan ritel AS periode Februari 2024 dengan hasil 1,5% secara tahunan (yoy), melampaui ekspektasi pasar berdasarkan data Trading Economic sebesar 1% yoy.

"Emas telah memperhitungkan dorongan positif apa pun yang akan diperolehnya dari ekspektasi penurunan suku bunga, jika inflasi mulai naik lagi, itu berarti para pembuat kebijakan harus mempertahankan kebijakan moneter yang lebih ketat untuk jangka waktu yang lebih lama," ujar Everett Millman, kepala analis pasar di Gainesville Coins, kepada Reuters.

"Meski emas tidak terlalu menyukai lingkungan suku bunga tinggi, jika alasan suku bunga tetap tinggi adalah karena inflasi yang semakin panas, maka secara alami berarti masyarakat akan kembali beralih ke emas," tambah Millman.

Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, mempertahankan tekanan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi, sehingga membebani emas. Logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil juga digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Menurut CME FedWatch Tool, para pelaku pasar terus bertaruh pada penurunan suku bunga pada  Juni, meskipun peluang pelonggaran suku bunga pada  Juni diperkirakan sebesar 59%, dibandingkan dengan 72% sebelum data CPI dirilis.

Indeks dolar AS menuju kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Januari, membuat emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.

"Kami meningkatkan perkiraan harga emas rata-rata untuk tahun 2024 dari US$2,090 per troy ons menjadi US$2,180 per troy ons, menargetkan pergerakan ke US$2,300 per troy ons pada akhir tahun," menurut catatan Goldman Sachs.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com

Tags
SHARE